Friday, October 30, 2015

Dapunta Hyang Jayanasa (Sang Pendiri Kerajaan Sriwijaya)


Dapunta Hyang Sri Jayanasa adalah maharaja Sriwijaya pertama yang dianggap sebagai pendiri Kadatuan Sriwijaya. Namanya disebut dalam beberapa prasasti awal Sriwijaya dari akhir abad VII yang disebut sebagai "prasasti-prasasti Siddhayatra", karena menceritakan perjalanan sucinya mengalap berkah dan menaklukkan wilayah-wilayah di sekitarnya. Ia berkuasa sekitar perempat terakhir abad VII hingga awal abad VIII, tepatnya antara kurun 671 masehi hingga 702 masehi.


Menurut I Tsing, seorang pendeta Buddha yang pernah mengunjungi Sriwijaya tahun 671 dan tinggal selama 6 bulan, terkesan akan kebaikan raja Sriwijaya waktu itu, dan raja tersebut kemudian dihubungkan dengan prasasti yang paling tua mengenai Sriwijaya yang juga berada pada abad ke-7, bertarikh 682 yaitu prasasti Kedukan Bukit di Palembang, merujuk kepada orang yang sama. Walaupun kemudian beberapa sejarawan berbeda pendapat tentang penafsiran dari beberapa kata yang terdapat pada prasasti tersebut.

Menurut Prasasti Kedukan Bukit berangka tahun 605 saka (683M), menceritakan seorang Raja bergelar Dapunta Hyang melakukan Siddhayatra (perjalanan suci) dengan naik perahu. Ia berangkat dari Minanga Tamwan dengan membawa satu armada dengan kekuatan 20.000 bala tentara menuju ke Matajap dan menaklukan beberapa daerah. Beberapa prasasti lain yang ditemui juga menceritakan Siddhayatra dan penaklukkan wilayah sekitar oleh Sriwijaya, yaitu prasasti yang ditemukan di Kota Kapur di Pulau Bangka (686 masehi), Karang Brahi di Jambi Hulu (686 masehi) dan Palas Pasemah di selatan Lampung, semua menceritakan peristiwa yang sama. Dari keterangan prasasti-prasasti ini, dapat disimpulkan bahwa Dapunta Hyang mendirikan Kerajaan Sriwijaya setelah mengalahkan musuh-musuhnya di Jambi, Palembang, Selatan Lampung dan Pulau Bangka, dan bahkan melancarkan serangan ke Bhumi Jawa yang mungkin menyebabkan keruntuhan kerajaan Tarumanagara di Jawa Barat.

Tokoh ini juga menjadi rebutan, ada yang meng-klaim berasal dari negeri Champa (Semenanjung), ada lagi Funan (Semenanjung), ada juga Minanga Tamwan (Ibu Kota Kerajaan Melayu ) kemudian dari Sumatera, Kalimantan, Sulawesi dan Jawa.

Siapakah sosok Dapunta Hyang Jayanasa ini….

pustaka1
Sri Jayanasa, dalam Naskah Sunda Kuno

Namun nama Dapunta Hyang Jayanasa, ternyata tercatat dalam satu naskah Sunda Kuno, “Pustaka Pararatwan i Bhumi Jawadwipa” dari masa tahun 1682 Masehi (sumber : indonesiaheritage.org)). Diperkirakan naskah ini, adalah salinan dari naskah yang lebih tua.

Pada bagian (104), berbunyi sebagai berikut :

(10) nāran sang wiçnu warman rajān wam tarumanāgara // atyanta sihnya çri maharaja pūrnawarman / maputra ri sira sang wiçnuwarman / arinya stri paripurnéng
(terjemahan) namanya Sang Wisnuwarman Raja Muda Tarumanagara. Besar sekali kasih sayang Sri Mahārāja Purnawarman kepada putranya Sang Wisnuwarman. Adiknya seorang perempuan (yang) sangat sempurna

pustaka2

(15) ahayu pinakastri déning sang raja swarnabhumi // dlaha çri jayanaça rajāgheng i swarnabhumi kawilang putropādana nira // pantara ning sakwéh nira warmanwamça
(terjemahan) kecantikannya, menjadi istri Sang Raja Swarnabhumi. Kelak Sri Jaya Nasa raja besar di swarnabhumi termasuk keturunannya. Di antara semua anggota wangsa Warman

(20) i jawadwipa / sang pūrnawarman hana ta anyamtarékang wamsa // rasika mahaprabhāwa raja//
(terjemahan) di Pulau Jawa, Sang Purnawarman adalah pemimpin di antara wangsa. Beliau adalah raja yang sangat berkuasa


Dari keterangan naskah kuno tersebut, secara jelas dikatakan Sri Jayanasa adalah keturunan dari Raja Swarnabhumi (Sumatera) dengan istrinya putri Raja Purnawarwan (Tarumanegara).

Berdasarkan sumber tersebut, diperoleh Bagan Silsilah, sebagai berikut :

Silsilah Kerajaan Sriwijaya

Dari silsilah diatas juga kita melihat, Raja Sri Jayanasa menikah dengan Putri Sobakancana keturunan dari Raja Purnawarman. Wallahu a’lamu bishshawab.


Dapunta Hyang Meminta Islam Disebarkan di Bumi Sriwijaya

Dunia islam Indonesia patut berbangga bahwa di salah satu wilayahnya pernah terlahir kerajaan yang sangat beradab dan menyambut baik terhadap Islam di mana di belahan dunia lainnya demi menegakkan dan menawarkan syahadat banyak diwarnai intrik peperangan dan perbuatan tak beradab terhadap islam. 

Pada tahun 718M Bangsa Indonesia dengan di wakili oleh kerajaan sriwijaya adalah satu-satunya kerajaan di dunia yang tidak kenal Langsung dengan Rasullulah Muhammad Shalallahu Alaihi Wassalam, namun menawarkan dirinya menjadi pemeluk Islam, penganut Islam bahkan sebagai bagian wilayah kekhalifahan bahkan sang penguasa dunia Islam pada waktu tersebut yang di wakili oleh Bani Umayah akan diberikan hadiah dan upeti berupa emas-emasan dan rempah-rempah yang tak terhitung jumlahnya asalkan mau mengajarkan Islam di Bumi Sriwijaya. Raja Bijaksana dari Sriwijaya tersebut adalah Dapunta Hyang Sri Jayanasa (seorang pendiri kerajaan Sriwijaya), dia jua seorang pemeluk budha yang rela daerah kekuasaannya di tempati sebuah pusat lembaga pendidikan budha di dunia namu begitu terkesima ketika melakukan hubungan dagang dengan Bangsa Arab dan mengetahui tata perilaku dan akhlaknya sebuah agama baruyang mulia dan unggul.

Dapunta Hyang Sri Jayanasa adalah raja yang bervisi kedepan sehingga dia dengan akal dan nalarnya serta hatinya mau menerima Islam, ini termaktub dalam Surat beliau kepada Penguasa Islam di Bumi Arab saat itu:

Tercatat Raja Sriwijaya Dapunta Hyang Sri Jayanasa pernah dua kali mengirimkan surat:


Peratama: Kepada khalifah Bani Umayyah. Yang pertama dikirim kepada Muawiyah I,
Muawiyah bin Abu Sufyan bergelar Muawiyah I adalah khalifah pertama dari Bani Umayyah dan juru tulis Nabi Muhammad shalallahu alaihi wasallam, Dia lahir tahun 602M dan menjabat Khalifah dari tahun 661~680M. Muawiyah I hidup disaat Rasulullah masih ada, apabila kita melihat sejarah dimana Rasulullah terakhir hijrah dari Mekah ke Kota Madinah di tahun 622M. Sementara surat pertama dari Raja Dapunta Hyang ini diperkirakan dibuat dan dikirim kepada Khalifah Muawiyah I pada tahun 671M.

Bagian pembukaan dari surat pertama dikutip oleh al Jahiz dalam bukunya Kitab al Hayawan (Buku Fauna) berdasarkan 3 rantai isnad. 

Kutipan surat itu berbunyi....
"(Dari Maha Raja) - yang istalnya berisi ribuan gajah, istananya berkilau emas dan perak, dilayani oleh ribuan puteri raja, yang menguasai dua sungai yang mengairi gaharu - untuk Muawiyah" 

Dan untuk surat yang  ke-2 di kirimkan kepada khilafah Umar bin Abdul-Aziz. Surat kedua didokumentasikan oleh Abd Rabbih (860-940) dalam karyanya Al-Iqdul Farid. Umar bin abdul aziz adalah khalifah yang mampu mensejahteraan kaum muslimin selama 2 tahun saja. Karena Masyarakat tidak ada yang merasa berhak untuk menerima zakat.

Potongan surat tersebut berbunyi:
“Dari Rajadiraja…; yang adalah keturunan seribu raja … kepada Raja Arab yang tidak menyekutukan tuhan-tuhan yang lain dengan Tuhan. Saya telah mengirimkan kepada Anda hadiah, yang sebenarnya merupakan hadiah yang tak begitu banyak, tetapi sekedar tanda persahabatan; dan saya ingin Anda mengirimkan kepada saya seseorang yang dapat mengajarkan Islam kepada saya, dan menjelaskan kepada saya hukum-hukumnya.”

Sederhananya adalah ketika raja sriwijaya mengirimkan surat itu adalah dalam kondisi masyarakat yang masih menganut hindu, budha dan kepercayaan yang lain seperti dinamisme, animisme atau mungkin pemujaan bernuansa supranatural.

Ada kemungkinan bahwa kejadian ini sebagai titik awal Islam masuk ke indonesia meskipun juga bahwa Raja Sri Jayanasa tahu tentang Islam beserta pemerintahannya lantaran memang ada para pedagang timur tengah berdagang di kerajaan sriwijaya.

Keberadaan surat ini...
Dalam buku yang sama, mengutip MD Mansoer (1970:45), surat yang dimaksud sekarang masih tersimpan dengan baik di Museum Madrid di Spanyol.Jadi untuk Teks asli surat Raja Sriwijaya kepada khalifah masih belum mencuat ke publik. Karena kalau informasi ini benar maka satu-satunya cara adalah kita bisa mendapatkannya di Museum Madrid spanyol.

MasyaAllah, ternyata di Bumi Indonesia ini ada raja yang sangat terbuka akalnya, tinggi budinya dan suci akhlaknya. Demi memikirkan hari kemudian dia rela menggadaikan kerajaannya dan ternyata Raja tersebut adalah Dapunta Hyang Sri Jayanasa, Raja Sriwijaya, penguasa Nusantara I.

Sudah berkali-kali Dapunta Hyang Sri Jayanasa menyatakan rasa tertariknya dengan dunia Islam serta mengirimkan surat beberapa kali namun mungkin karena belum kehendakNya kenginan Dapunta Hyang Sri Jayanasa belum terpenuhi disamping karena kekisruhan politik yang ada akhirnya surat tersebut bertepuk sebelah tangan. Surat tersebut tak berbalas. Kita semua sudah mengetahui bahwa di tahun tersebut penguasa Bani Muawiyah adalah Umar Bin Abdul Aziz Seorang yang sangat singkat memerintah Bani Muawiyah Hanya sekitar 3 tahun, seorang permata surga dari Bani Umayah dimana setiap kaum memiliki orang yang yang menonjol? Yang menonjol dari Bani Umaiyah adalah Umar bin Abdul Aziz. Saat dibangkitkan di hari kiamat kelak, merupakan satu kelompok tersendiri.

Sampai dengan meninggalnya Umar Bin Abdul Aziz serta digantikan oleh yazid bin abdul malik surat dari Raja Dapunta Hyang Sri Jayanasa tak berbalas. Dan pada Akhirnya Agama Budha tetap menjadi agama negara Sriwijaya dan penyebaran Agama Islam di Nusantara menjadi sedikit terhambat meskipun ada golongan minoritas yang bertempat tinggal di Sriwijaya karena sebenarnya Islam sudah bermukim di Pelabuhan Barus di daerah Sumatera Utara.

Para pedagang dan pelaut Barus telah berdagang garam dan kamper dengan dunia timur tengah 1 Abad sebelum Rasullullah Muhammad shalallahu alaihi wasallam lahir. Dan pedagang dan pelaut Barus lah yang turut menyaksikan cara berdagang Rasullullah dan mukzijat beliau sebelum diangkat menjadi Nabi. Maka ketika di beritakan bahwa Muhammad shalallahu alaihi wasallam di angkat menjadi Nabi maka seketika itu pula para pedagang dan pelaut Barus percaya. Namun sebatas percaya karena secara syariat mereka belum mendapatkan bimbingan dan pelajaran. Dan pada waktu tersebut karena Barus merupakan wilayah bagian dari kemaharajaan Sriwijaya maka Raja Dapunta Hyang Sri Jayanasa melihat adanya belum kesempurnaan masyarakat Barus dalam menerapkan keimanan dan kesyariatan yang sempurna bermaksud mengundang ulama-ulama Timur Tengah agar mengajarkan Islam secara sempurna di wilayah Sriwijaya.

Berbanggalah Wahai Indonesiaku yang pernah punya satu-satunya Raja yang tak kenal langsung, tak pernah bertemu dan posisinya sangat jauh dengan Rasullulah Muhammad shalallahu alaihi wasallam namun bisa menerima Islam dengan apa adanya.

Demikianlah sejarah tentang siapa sebenarnya Maharaja Dapunta Hyang Sri Jayanasa sebagai pendiri Kerajaan Sriwijaya yang sebenarnya sudah mendapatkan hidayah untuk menganut Agama Islam di Bumi Indonesia ini. Semoga bermanfaat buat rekan-rekan semua.

Semoga bermanfaat,
Wassalam,
DK

No comments:

Post a Comment